Prabowo: Jawab Dengan Kebaikan


Happy Monday happy people…

Disaat bangsa lain sedang sibuk memutahkirkan teknologi untuk penerbangan luar angkasa, penadaratan mars dan wisata kebulan, kita masih disibukkan dengan adu argument siapa yang paling Pancasila dan paling toleran.  Mudah sekali orang-orang melabeli orang lain dengan sebutan radikal. Satu kelompok tertentu sudah pasti radikal bila mereka berpegang pada aturan kelompok mereka namun tidak sesuai dengan atau berbeda arah dukungan terhadap kelompok yang merasa paling suci. Bila memang radikalisme itu sebanyak itu kini, dikatakan radikalisme akan tumbuh bila tidak tercipta keadilan disuatu negara. Hati-hati, bisa jadi memang begitu adanya, ada kelompok atau kaum yang merasa mulai tidak menikmati keadilan ditanahnya sendiri atas gagalnya penguasa menepati janji atau separah dengan sengaja melakukannya.

Dalam keadaan tertentu, radikalisme adalah image yang diciptakan saat pemerintah merasa kalah pada persatuan umat. People power, saat kelompok yang dengan tegas menyuarakan kebenaran dan menolak cengeng dengan menjadi pemadu sorak gerombolan pemain peran yang terbukti gagal dan selalu dengan santai berkelit setelah ketahuan. Sekacau itu bila kita mau berhadapan langsung pada realita dan tidak berlindung dibalik tirai nyamannya kita sendiri saja dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi nanti paling dulu berteriak memaki bila runtuh itu terjadi.

Dimana kesejukan? Dimana rasa aman? Dimana DNA kekeluargaan kita yang sudah sejak bangsa ini berjuang bersama untuk merdeka, sudah sealamiah itu karena memang kita Indonesia. Bagaimana kini didunia maya kita dengan mudah membenci dan menyakiti. Apa yang sedang terjadi disini? Ditanah kita?

Dengan keredendahan hati aku mengajak kalian yang baik dan memiliki semangat bahwa bangsa ini harus lah bergembira menatap masa depannya untuk melihat video ini, official lyric video dari sebuah lagu yang ditulis sendiri oleh penyanyinya. Nyawa dan harapan:



Disuatu acara raisa pernah menyampaikan inspirsinya menulis itu. Melihat kondisi kenapa sih kalau ngedukung yang satu harus menjatuhkan yang satu lagi. Ga usah gitu lagi. Ga ada untungnya. Karna itu Cuma bikin kita kehabisan waktu. Kehabisan waktu ngata-ngatain orang. Dia juga bilang banyak hal positif lain yang bisa kita lakukan selain bikin membenci orang itu adalah sebuah trend. Dia tegaskan gini, ini bukan tentang siapapun, tapi tentang kita sendiri, tentang kita semua.

Ini bagus banget buat meng-cooling down aku secara emosional. Jujur aku adalah orang yang gampang marah apalagi soal antek-antek yang udah makin terang-terangan jadi kaki tangan mereka yang ga mau kita jadi negara maju. Baca juga tulisan ku: But I Can Not Be Your Peon! betapa geramnya untuk berkomentar dan mengajak orang heiiiii lihat ini yang terjadi, dengan amarah. Tapi sadar ga sadar itu bikin capek. Harus menghasilkan positif vibes kalo bisa buat apa aja yang kita lakuin, bahkan dengan kondisi negative yang dirasain aja Raisa bisa bikin karya buat jadi pengingat kita sama-sama kalau kita semua harus sadar duluan jangan entar jadinya menyesal, dan Raisa berhasil di aku.

Dari situ aku belajar bagaimana kecerdasan dan kematangan adalah modal besar dalam bertindak. Harapan kita semua apaapun proses yang harus kita lewati dalam bernegara adalah dalam keadaan yang membahagiakan. Aku Cuma khawatir sekali salah langkah, kita menyesal dikemudan hari. Kita harus sepemikiran bahwa kita adalah keluarga besar nusantara yang beradab.

Bila saling membenci terasa nyaman, saling menyakiti terlihat wajar sudah benar jadi DNA baru bangsa kita. Menyesal adalah ending yang sudah pasti. Bahkan dalam kematangan kita bermain diksi baik berbicara dihadapan teman, berpidato, ber-sosmed, dan banyak lagi. Kita dituntut jadi makhluk yang benar-benar tidak mengkhianati berkah tuhan yaitu berpikir. Bahwa bangsa ini mulai ingin dipecah lewat hal-hal paling sederhana bahkan. Bagaimana kita berkubu-kubu untuk saling serang. Bahwa perbedaan adalah bukan barang baru dinegara kita ini dan kita sejauh ini berhasil bergandung tangan dan masih utuh sebagai bangsa coba di preteli. Ingat lagi, untuk mendukung yang satu kita ga harus menjatuhkan yang satunya. Bila kita yakin kita memihak yang benar kenapa panik saat ada yang lain juga yakin dengan pilihan mereka. Memahami pola penghancuran yang sedang dijalankan memang tidak mudah, rumit dan butuh ketenangan.

Maka bangsa yang telah dianugerahkan kemegahan alam oleh yang kuasa ini harus perkasa dalam mempertahankan tiga hal, kesejukan, ketenangan , kedamain, bahwa tanpa itu hampir mustahil kita akan berlanjut sebagai kesatuan. Perlu dan sudah sangat genting sebelum kita benar menyesal untuk mengingat sebuah pesan,

Bila dihina kita jawab dengan kebaikan.
Bila difitnah kita jawab dengan kebaikan.
Bila diancam kita jawab dengan kebaikan.
Selalu kita berikan kebaikan untuk rakyat kita. Kita adalah orang-orang yang baik yang membela kebenaran. Kita tidak boleh luntur dan surut dari keyakinan itu. 
Sejuk, tenang, damai.
Hindari provokasi, tidak boleh pakai bentuk kekerasan apapun. Patuhi hukum, kita besar, yang benar pasti menang, yang benar pasti menang.

Dari pesan pak Prabowo tadi aku jadi tahu, kesatria tak pernah panik bila ia benar. Bahwa demikian lah martabat bangsa Indonesia ini, bangsa yang tidak sekadar mampu bersorak sorai tanpa sadar sedang digerogoti.  Bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tidak diperkenankan. Selalu ada kebaikan yang jadi alasan kita berkata dan bertindak. Benar-benar bukan bangsa kita bukan diciptakan untuk menebar kebencian dan saling menyakiti. Siapapun kita, apapun warna kulit kita, apapun suku kita, apapun agama kita, siapapun pilihan kita, kita tidak boleh berantem. Kalau ada yang mengajak kita berantem, kita tahu bagaimana harus benar-benar menjadi Indonesia sejati. Terlepas siapa yang ngajak duluan, ada jalan baik yang patut kita jadikan pilihan untuk tidak mencelakai diri sendiri dan bahkan menyelamatkan saudara kita sebangsa setanah air dari rugi besar sebabis berantem apapun tujuannya. Kita adalah bangsa kesatria yang siap beradu hebat, adu cepat ,adu tangga dalam kebaikan. Namun tidak dengan berkelahi, berantem, bertengkar atau apapun sebutannya yang jelas itu tidak sama sekali mengandung semangat berkompetisi secara Indonesia. Damai adalah satu-satunya jalan agar kita tidak dijajah kembali. Dengan saling berpegang walau kita beda pilihan apapun itu maka kita tak perlu berkeluh dan menyesal dan berarap doa dapat memutar waktu, waktu yang sudah pergi tidak akan pernah datang kembali.

Harus sekarang juga kita sadari bahwa bagi bangsa kita yang tidak boleh terjajah ditanahnya sendiri, tidak boleh salah memilih dan salah percaya lagi, tidak boleh terlena dalam hiburan semu yang kejamnya bukan main membunuh, tidak boleh karena nyamannya kita jadi lupa ada tanggung jawab untung selamatkan ini bangsa.

Percayalah waktu masih tersisa. kalau bukan kita, siapa lagi? Beri nyawa segala harapan. kalau bukan sekarang, kapan lagi? (Raisa X Prabowo Subianto)

Diakhir tulisan ini aku mau menyampaikan duka paling mendalam atas bencana gempa bumi yang melanda wilayah NTB dan sekitarnya. Doa terbaik bagi seluruh saudara-saudara kita disana. Tempat yang terbaik baik bagi saudara-saudara yeng telang mendahului kita.

Aamiin…

Hanya dengan tetap bersatu cobaan seberat apapun kita dapat lewati dengan kuat sebagai bangsa. Spread love…

2019 Prabowo Presiden :)


Comments

Popular posts from this blog

Jual Beli Blanko E-KTP, Jual beli Kedaulatan

Cerita Kehormatan, Prabowo Bagikan Rahasia Nektar Perjuangan Pada Saya

Setelah Hantu, Hanya Orang Gila Yang Bisa Mereka Tipu