Logika Sederhana Ambisi Infrastruktur Jokowi



Logikanya tidak akan ada yang sejutu bila dikatakan pembangunan infrastruktur tidak penting. Pembangunan insfrastruktur sangat penting untuk keberlangsungan berbagai sendi kehidupan bangsa kita. Namun, ambisi berapi-api Jokowi memaksa hingga memeras segala yang bisa membiayai hasrat yang dikatakan penuh muslihat ini melahirkan kenyataan miris, pengelolaan kekuasaan menyamar pengelolaan negara.

Hingga saat ini, orang-orang yang diutus untuk menjadi mulut-mulut Jokowi dalam memastikan kelanjutan aksi kuasa mereka masih sangat bangga memakai modal infrastruktur sebagai bahan jualan, walau sebagian pihak menyebut ambisi infrastruktur rezim ini ugal-ugalan. Mulai dari indikasi penggunaan dana haji, dana BPJS sejumlah 73 T yang disebut telah diinvestasikan ke ambisi Infrastruktur, hutang yang tidak terkontrol.

Bila orang-orang Jokowi yang rajin nampang di media masih doyan pamer opini bahwa insfratruktur karya Jokowi adalah demi pembangunan ekonomi dan keberlangsungan hidup rakyat yang lebih baik, maka berbohongkah INDEF saat mengatakan tujuan untuk menyokong ekonomi lewat produksi dan efisiensi tidak terjadi juga di kita. Biaya transportasi naik, transaksi naik, harga naik, inflasi juga tinggi. Artinya, memang infrastruktur ini belum bisa mendorong efisiensi.

Semangat gunting pita Jokowi berjalan terbalik dengan semangat mewujudkan spirit baik yang sebenarnya harus tercipta dari hebohnya pembangunan infratstruktur. Upaya menggenjot kualitas perekonomian mungkin tak senikmat genjotan infrastruktur bersifat proyek bagi pemerintahan kini. Bahkan menabrak resiko-resiko yang mungkin terjadi. Tak usah lah jauh membahas resiko keuangan yang belum tentu kita semua pahami, dengan mudah kita lihat bagaimana ketidaksiapan negara secara keuangan dalam menghadapi kemungkinan kebutuhan dana besar seperti penanggulangan bencana.

Pemerintah seakan tutup mata dan telinga akan kritik dari banyak pihak. Bahkan dari kritik yang ada, Jokowi terkesan sangat mandja karena orang-orangnya sibuk mengktitik kritik. Saat kekhawatiran akan bahaya ambisi infrastruktur yang miskin perencanaan dan leadership mengancam masa depan kedaulatan. Saat pemerintah hanya sekelas mandor proyek-proyek kontrakan yang cuma punya konsep yang penting bangun saja dalam urusan infrastruktur ini. Contoh bangganya jalan trans Papua, tapi tidak memberi dampak berarti saat tidak ada yang lewat situ. Bermegah-megahan di fasilitas yang setelah diresmikan malah jadi sekedar hiasan.

Untuk kasus Papua ini misalnya, sebelum jalan itu, harusnya pemerintah membangun tatanan ekonomi masyarakatnya dulu seraya memperispakan infrastruktur yang mumpuni. Bagaimana meningkatkan daya produksi masyarakat hingga jalan yang sepi itu tidak hanya jadi jalur barang masuk tapi bisa memperlancar distribusi dari hasil produksi disana. Kan gitu, kalau emang mau membangun, kalau bangunan fisik saja, tidak usah presiden asal punya duit siapa saja bisa, apalagi bukan duit sendiri.

Melihat kejanggalan ambisi yang sampai segitunya, bahkan november 2017 lalu, asia.nikei.com memberi peringatan pula, Indonesia lives dangerously with $355bn infrastructure drive. Disinggung pula soal,received a 3.5 trillion rupiah equity injection from Taspen, ya selain sumber injeksi yang sempat kita singgung diawal tadi, uang pensiun pun ikut dicumbu paksa. Kemudian yang juga menarik adalah keterangan Faisal Basri, Dosen Ekonomi UI di bahasan Asian Nikei, “Jokowi's style is 'just do it' ... [and] if something goes wrong we can make corrections," said Faisal Basri, an economics lecturer at the University of Indonesia, using the president's nickname. "No one is checking. It is becoming uncontrollable.”

Bahwa bukan baru-baru ini saja, saat yang lain mencoba memberi perhatian saat kondisi yang terburuk mulai terbaca sebagai kewaspadaan, kubu Jokowi siap perang urat syaraf dengan data imajinasi mereka yang sering tidak singkron dengan nalar apalagi dengan data oposisis. Ok, bila dilakukan ditahun ini, disaat menjelang Jokowi bersiap purna tugas, dianggap terlalu politik dan nyinyir, maka apa yang sudah dilakukan banyak pihak bahkan diawal pemerintahan Jokowi 2014 lalu juga dianggurin sambil terus tancap gas.

Warning akan adanya contoh kasus yang harus kita jadikan pelajaran bahwa ada negara yang sudah dinyatakan bangkrut karena gaya membangun infrastruktur pakai hutang lagi-lagi diacuhkan. Saat banyak permintaan presiden memiliah lagi mana pembanguna infrastruktur yang harus jadi prioritas dan mana yang harus ditunda demi menjaga kestabilan banyak sektor mereka cuma pura-pura tuli.

Siapa yang tak bangga bila negaranya memiliki pembanguan infrastruktur yang masif dan signifikan. Namun saat yang bersamaan kita melihat ada pengelolaan keuangan yang tidak sehat dan dipaksa untuk melayani hasrat pembangunan infrastruktur tersebut maka akan aneh bila kita tidak bertanya apa sebenarnya tujuan membangun bila tidak benar dirasakan rakyat. Bila dalam membangun tidak ada keadilan kemakmuran yang dirasakan.

Kita tidak akan bermain watak saat ditanya perlukah infrastruktur  yang dibangun itu bagi negara kiat? Kita pasti kompak menjawab perlu. Namun manajeman Jokowi dalam mengelola negara dalam hal membangun infrastruktur mengalahkan kepentingan negara yang lain tentu kita sama-sama bisa lihat. Suburnya infrastruktur sesubur angka pengangguran, sesubur angka kemiskinan.

Bila bicara soal hari terdekat ini, saat isu HAM tertendang jauh dari prioritas pemerintah, saat ramai-ramai reaksi masryarakat terhadap korban jiwa dari pembangunan infrastruktur yang kejar tayang, hingga banyak sektor yang seharusnya terbantu oleh infrastruktur seperti produksi dalam negri hingga kesiapan menghadapi bencana sebagai wilayah tercakup Ring Of Fire Pasifik jadi tidak punya porsi berarti dalam kisah ambisi pembangunan jokowi dan obsesi jadi bapak pembangunan nasional yang salah jalan.

Dengan sangat organik tumbuhlah tanya besar, untuk siapa sebenarnya ambisi ini Jokowi lakukan?  Benarkan keberhasilan pembangunan Infrastruktur masih bisa masuk daftar prestasi 4tahun Jokowi? Atau memang tujuannya hanya mengejar list itu, diluar semua keuntungan yang bisa dinikmati pemilik ambisi? Diluar gemerlap penghutang proyek infrastruktur yang sudah bukan rahasia lagi, mereka nikmati komisi.

Comments

Popular posts from this blog

Jual Beli Blanko E-KTP, Jual beli Kedaulatan

Cerita Kehormatan, Prabowo Bagikan Rahasia Nektar Perjuangan Pada Saya

Setelah Hantu, Hanya Orang Gila Yang Bisa Mereka Tipu